Sperma Yang Bergerak Cepat Belum Tentu Membuahi


Banyak yang percaya sperma bergerak cepat akan sukses membuahi sel telur. Namun sebuah studi mementahkan anggapan itu. Peneliti menemukan sperma yang geraknya lebih lambat justru lebih bisa membuahi sel telur.

Studi kompetisi sperma dilakukan pada lalat buah Drosophila melanogaster. Studi tersebut telah dipublikasikan di Current Biology edisi online.

Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin penulis Stefan Lupold, seorang peneliti post doktoral di Departemen Biologi di Sekolah Tinggi Seni, menggunakan lalat buah yang diubah secara genetik. Sehingga kepala sperma mereka bercahaya neon hijau atau merah di bawah mikroskop .

Lalat buah, yang dikembangkan ahli biologi Profesor John Belote, memungkinkan para peneliti mengamati sperma secara real time di dalam saluran reproduksi perempuan.

"Kompetisi sperma adalah proses biologis fundamental di seluruh kerajaan hewan, namun kita tahu sedikit tentang bagaimana ciri-ciri ejakulasi menentukan laki-laki pemenang kontes," kata Lupold, seorang dari Swiss National Science Foundation Fellow bekerja di laboratorium biologi Profesor Scott Pitnick.

"Ini adalah studi pertama yang benar-benar mengukur kualitas sperma dalam kondisi kompetitif di dalam perempuan, memungkinkan kita untuk membedakan ciri-ciri yang penting dalam setiap fase reproduksi," tambannya.

Setelah mengidentifikasi dan mengisolasi kelompok laki-laki dengan ciri-ciri ejakulasi serupa yang tetap konstan di beberapa generasi, para ilmuwan mengawinkan perempuan tunggal dengan pasangan laki-laki dari kelompok yang berbeda.

Lalat buah betina terbang ke pasangannya setiap tiga hari. Sperma dari setiap perkawinan berenang melalui bursa perempuan ke tempat penyimpanan sampai telur dilepaskan. Perjalanan telur dari ovarium ke dalam bursa untuk menunggu sperma. Namun, pertempuran sperma benar-benar terjadi di dalam gudang.

Setelah masing-masing kawin, sperma baru mencoba untuk 'mengusir' sperma dari perkawinan sebelumnya keluar dari penyimpanan. Betina kemudian menyemburkan sperma pengungsi dari sistem reproduksi.

Para peneliti mengamati bahwa sperma yang bergerak lebih lama dan lebih lambat lebih baik menggusur saingan mereka. Selain itu, keberadaan sperma lambat itu lebih kecil kemungkinan untuk dikeluarkan dari penyimpanan.

"Temuan bahwa sperma yang lebih panjang berhasil, konsisten dengan studi sebelumnya. Namun, temuan bahwa sperma lebih lambat juga memiliki keuntungan yakni berlawanan dengan intuisi," kata Lupold.

Keuntungan sperma lebih lambat masih terbuka untuk dipelajari. "Bisa jadi, saat berenang bolak-balik dalam penyimpanan, sperma lebih lambat dan jarang mencapai pintu keluar dan karena itu sedikit kemungkinan didorong keluar. Atau, karena kecepatan sperma tergantung pada kepadatan sperma dalam tempat penyimpanan yang sempit, bisa jadi kecepatan bukan target seleksi seksual pada lalat buah, tetapi lebih merupakan konsekuensi dari jumlah sperma dikemas ke dalam penyimpanan organ," tandas Lupold.